[curhat] I am a stranger, but I am not an alien
Sudah dua bulan
ini saya mengikuti pola makan Food
Combining (FC), ingin bercerita tentang pengalaman kehidupan bersosial saya
selama FC.
Nah, pengalaman
menarik dari mengikuti FC ini adalah tentang hubungan sosial. Di sini saya gak
bakal nyentuh gimana saya melakukan FC ya, tapi lebih menyentuh social effect-nya dalam interaksi
sehari-hari. Saya biasanya memang bawa bekal, setidaknya sayur dan buah,
walaupun tidak tiap hari. Sejak FC, saya usahakan setiap hari membawa sayuran
mentah ke kampus atau dalam bepergian. Kalau sedang jalan-jalan, pasti minim
sayuran segar, kan. Makanan yang ditawarkan di rumah makan cenderung berbasis
protein hewani. Saya makan, itu. Tapi saya juga perlu sayuran segar untuk tubuh
saya. Jadilah saya selalu bawa jinjingan yang isinya kotak-kotak makanan.
Bahkan sejak 2010, saya sudah rajin membawa sekadar timun, wortel, tomat atau
buncis setiap kali pergi, atau ketika nonton di bioskop. Daripada membeli
popcorn, saya lebih memilih nyemil wortel *krauk krau*. Nah, dalam pengalaman
sosial ini, efek dari pola makan FC memberikan pengalaman yang lumayan
menyebalkan untuk seorang newbie
seperti saya :) Iya, saya bukan orang yang menyenangkan kalau disindir-sindir
apalagi diejek-ejek seolah-olah saya ini aneh.
Ketika akan makan
di kantin, tidak jarang orang-orang mengira saya diet untuk upaya pengurusan
badan. Bukan satu atau dua orang yang becanda seolah-olah saya anti nasi,
pantang makan nasi, nasi itu haram atau sejenisnya. Kadang-kadang kesel juga.
Kadang saya jawab celotehan mereka, kadang diam. Tapi lama-lama ah sudahlah, they just don’t know what am doing to my
body. Saya mau makan, titik.
Kadang ketika
saya masih ambil coklat atau kopi sebagai menu cheating, beberapa kali diolok-olok konon hidup sehat, tapi nyemil,
tapi ngopi bla bla. Ah, biarin aja. Toh emang saya sedang cheating. Kadang malah saya bilang kepada teman-teman bahwa “this is my cheating day”, terserah mereka
ngerti atau nggak. Tapi tetep aja digituin ya nyebelin rasanya :D
Kejadian lain
lagi ketika diajak makan oleh salah satu teman. Beberapa kali teman itu
menanyakan kepada saya, “mau makan apa?” karena saya dianggap gak bisa makan
sembarangan. Iya, saya gak bisa makan sembarangan seperti memadukan nasi dengan
ayam goreng, but I can eat the fried
chicken alone, and am fine. Itu saya jelaskan berkali-kali, tapi yang
muncul malah kata “Vegetarian”. No, I am
not. Saya sampai agak keras ngomong “saya makan segala, saya makan daging”.
Karena saya yang sensitif ini jadi merasa tidak enak; dijamu kok bikin repot.
Ada juga teman
yang keberatan kalau saya bawa-bawa kotak makanan berisi sayuran. Si teman
khawatir kalau-kalau tidak boleh membawa makanan dari luar ke dalam tempat
makan itu. It’s not a problem. Not at
all. Kalau tidak bisa dimakan bersamaan dengan menu di piring saya
nantinya, then I will eat the vegetable
later on. Simple kan? Tapi tatapan yang melihat saya aneh karena membawa
kotak makanan itu mengganggu sekali.
Kadang pingin
bilang “hey, it might be strange to you
about how I eat, but I am not an alien”. The thing is, no one would be eager to ask me what am I really doing.
They don’t know and never will.
Bersyukur saya
masih bisa dan mau makan dengan orang lain, kapan saja, di mana saja. Hanya
saja, saya tidak berkompromi banyak dengan apa yang saya makan berikut waktu
makannya. Kalau tidak bisa ngeteh bareng, saya bisa pesan air putih. Kalau
sedang mau daging, saya tidak pesan nasi. Kalau saya pingin nasi goreng, saya
tidak akan pesan telur. Gampang. Kenapa malah lingkungan saya yang menyulitkan
saya?
Saya memang
pernah berusaha menularkan pola FC ini ke beberapa teman, cerita sedikit,
kemudian ekspresi teman berubah. Iya, sih, respon pertama adalah ribet. Respon
selanjutnya, entah. Tapi yang jelas, saya cukup tau diri, I am not credible at
all to tell anyone about healthy living. Am not a doctor. Barely know how to
live healthy. Toh saya punya riwayat maag yang aduhai. Saya ada di titik “I dont care about what you eat, as long as
it has nothing to do with me”. Kalau sampai ada yang merasa malu dengan apa
yang dimakannya ketika di depan saya, itu bukan urusan saya. Serius. I dont care. Kalau ditanya, saya jawab.
Tapi kalau berkampanye, siapa saya?
Saya juga bukan
pengikut pola FC yang fanatik. Saya kompromis. Adanya sayur dimasak, I eat. Adanya nasi putih, I eat. Adanya gorengan, I eat. Tapi saya juga tidak bisa
meninggalkan sayuran mentah, karena saya butuh anu anu anu di dalam sayuran itu
untuk tubuh saya.
Jadi, ketika cara
makan saya tidak mengganggu yang lain, saya masih suka kesal kalau
mereka-mereka di sekitar saya hobi mengomentari. Toh saya selalu berusaha
mengakomodir setiap satu dari mereka. Makan di mana saja, hayuk. Serius. Saya
malah yang ber-trick dengan diri
sendiri. Apa yang bisa saya makan. Bagaimana saya makan.
There, I am a
stranger to you about the way am consuming food, but I am not an alien.
0 komentar