[curhat] Perjalanan Menuju Sehat 3 -- LUNAS
Lupa kalau saya
punya niatan nulis tentang perjalanan sehat ini. Kemarin habis pindahan rumah,
selama itu juga makan saya kacau, ampun deh *tutup muka*. Iya, saya jadi suka
minum kopi dan nyemil lagi :D Tapi tetep berusaha memenuhi kebutuhan makanan
untuk tubuh. Tapi ya itu, cheating kok tiap hari :))
Tulisan ini
dibuat dalam waktu lebih dari seminggu, on off, jadi ada editan di
tengah-tengah :D
Tadi malam habis
ada obrolan ringan yang bikin sakit kepala di rumah. Perkaranya, adik dari Ibu
housemate kena kanker paru-paru stadium 4. Usianya masih awal 40an. Kemudian
Ibu housemate juga cerita kalau dia punya penyakit jantung, diabetes dan darah
tinggi yang dipercayainya sebagai penyakit yang diturunkan oleh orangtuanya.
Sedih dengernya. Usia Ibu housemate itu sepertinya awal 50 atau akhir 40an ya
(gak pernah nanya). Kalau lihat bagaimana beliau menjalani hari-harinya, emang
agak serem sih. Beliau suka bekerja sampai pagi, sesiangan kadang tidur
(membalas yang semalam), kadang beraktivitas seperti biasa sehingga bisa
dipastikan beliau memiliki waktu tidur yang kurang. Dalam sehari, beliau bisa
menenggak kopi hitam plus dua sendok makan gula sebanyak dua mug besar untuk
bisa terjaga di malam hari dan mengerjakan disertasinya. Camilannya bisa
setoples emping atau kerupuk. Suka sekali ikan asin. Suka menenggak jus dalam
kemasan yang manisnya alaihim. Suka makan buah-buahan yang dianggapnya obat
diabetes dan lain sebagainya dalam jumlah banyak dan waktu yang tak terkira.
Gitulah. Dari gaya hidup seperti itu, kemudian saya berpikir, mungkin saja
secara genetika memang ada potensi penyakit diturunkan, tetapi gaya hidup kita,
terutama tentang makanan, cara makan dan waktu makan itu sangat berpengaruh
terhadap tumbuhnya penyakit-penyakit itu.
---update tentang
obrolan dengan Ibu housemate, tadi pagi dapat kabar bahwa adik beliau meninggal
dunia. Kita kirimkan doa, ya. Jadi kejadian terakhir yang diceritakan adalah
bahwa Almarhum dibawa ke rumah sakit, sempat tidak mau makan dan akhirnya diberi
susu. Sejak diberi susu, jadi diare. Kondisinya memburuk dan tidak lama
kemudian meninggal dunia. ---
Dari obrolan itu,
saya teringatlah ke nenek dan ayah saya. Nenek saya mengidap diabetes. Sejak
SMA, saya sudah punya ketakutan dengan penyakit itu. Karena yang saya dengar
dari dulu, pasti akan nurun, entah itu ke anak atau cucunya di kemudian hari.
Ibu saya alhamdulillah sampai sekarang termasuk sehat. Nah, makinlah ketar
ketir apakah saya nanti akan kena diabetes juga? Ini menakutkan, serius. Setidaknya
untuk saya.
Ayah saya punya
riwayat kolesterol yang tinggi, asam urat, reumatik dan sekarang ada masalah
dengan tulang belakangnya. Saya ingat, suatu hari ayah saya mengeluh, lebih
kurang begini: hidup kok gini banget ya, iya sih masa muda udah dipuas-puasin
makan makanan enak, daging-dagingan segala macem, sekarang cuma bisa makan
timun aja sama kerupuk. Sejak pensiun, ayah saya seperti ditimpa berbagai
penyakit. Padahal, saya yakin sekali bahwa penyakit kita itu sudah pelan-pelan ditumpuk
sejak dulu. Kebetulan aja terasa semua bertepatan saat ayah saya pensiun. Jadi,
secara fisik dan mental jadi rentan. Nah, sejak saat itu ayah saya menjaga
sekali makanan yang diasupnya. Daging per harinya hanya boleh diasup tidak
lebih dari 80gr. Sayuran hanya boleh tomat dan timun saja. Tentang tulang
belakang yang bermasalah, saya gak bisa jelasin, takut pemahaman saya salah,
tapi intinya tulang belakang ayah saya lurus, sementara umumnya kan agak
melengkung ya. Nah terus na ni nu na ni nu jadi ada bantalan tulang yang
menggesek syaraf. Ah gitu deh. Jadi gaya hidup harus berubah. Cara bangun dari
tidur. Cara duduk. Cara berjalan. Bayangkan berpuluh tahun kita hidup dengan
satu cara A-Z, tiba-tiba harus diubah. Bukan hal gampang.
Nah, beberapa
minggu lalu, seperti yang saya ceritakan sebelum ini, saya rajin mengalami
sakit kepala, leher tegang dan sulit tidur nyenyak. Akibatnya seharian saya
ngantuk. Badan cepat letih. Endesbre. Nah, dari gejala-gejala yang dialami itu,
mulailah saya meneliti diri sendiri; apa yang biasa kerasa, apa yang biasa saya
makan, apa yang biasa saya lakukan. Obrolan dengan Mbak Dyah beberapa waktu
lalu tentang Food Combining (FC) bikin saya ngubek-ngubek gudang mbah google
untuk cari any possible reading materials
that I can refer. Kenyataan-kenyataan tubuh yang tidak pernah saya ketahui
bikin saya merasa tertampar. Banyak hal baik yang saya lakukan untuk
mendapatkan tubuh sehat, tapi banyak juga hal tidak baik yang mengimbanginya.
Di rumah orangtua
saya selalu ada menu lengkap setiap makan: karbohidrat, protein, sayur, buah
dan disempurnakan oleh KERUPUK :D Pagi sarapan, siang makan lengkap, malam
kadang makan ringan saja, di sela-sela itu mungkin sekarung kerupuk dan
gorengan dimakan :D Saya hobi mengudap. Di rumah itu selalu ada kriukan. Mulai
dari kerupuk kampung sampai camilan ber-MSG yang bikin mabok. Banyak sehatnya,
tapi pendamping tidak sehatnya juga bejibun :D Ibu saya jago masak pulak.
Makanan manis hasil tangannya enak kayak syurga dunia, sungguh!
Kalau lihat
postur, saya dan ibu bertubuh sintal (emoh dibilang gendut hahaha), adik
bongsor agak gedelah, kakak saya gemuk sekali, ayah saya kecil. Kami sekeluarga
kompak punya penyakit maag :D Rutin juga olahraga; rutin niatnya. Saya sih gak
terlalu gimana sama bentuk tubuh, gini aja udah bikin #MasBromo klepek-klepek,
kok. #eh. Tapi saya bener-bener serius pingin sehat lebih lama. Ringkih banget
dan ngeselin banget kalau kurang tidur lalu sakit. Maag dan migraine datang
sesuka hati. Duh, gak enak banget.
Jadi, saya
memutuskan mulai melakukan Food Combining sejak 1,5 bulan lalu (sudah dua
bulanan sampai dengan tulisan ini diposting).
Ini pun terjadi setelah saya membaca sana sini, dan paham bagaimana tubuh
bekerja, bagaimana enzim dihasilkan, bagaimana efek dari pemakanan saya sebelum
ini. Saya manggut-manggut sambil ngeri sendiri dengan cara pemakanan saya
selama ini. Wajar aja sih, I don’t know. Biasanya saya atur makan sesuai apa
yang saya tau, biasanya juga alasannya tidak tentang bagaimana tubuh ini
bekerja mencern makanan itu, tapi lebih kepada jeruk baik, apel baik, bayam
baik. Jadi, apapun makanan baik yang saya makan, kalau dimakan dengan cara yang
salah, ya efeknya tidak kelihatan. Gitu kali ya :D
Saya sih masih
mencoba mendisiplinkan aturan dasar FC dulu sampai sekarang, banyak turunannya
masih saya pelajari. Sudah 1,5 bulan ini saya biasakan untuk minum jeruk nipis
yang diperas ke air hangat, diminum pada setelah bangun pagi. Setelah itu saya
sarapan buah mulai pukul 7 hingga pukul 11, kadang bisa dua kali sarapan,
kadang hanya sekali. Bergantung, apakah saya masih lapar atau tidak. Seperti di
postingan sebelumnya diceritakan juga bahwa sejak pengalaman diet mayo, saya
memang jadi terbiasa sarapan buah, dan ini dilakukan sampai sekarang :)
Kemudian saya makan berat di antara pukul 11:30 – 20:00. Sebaiknya sih makan di
pukul 12, tapi kadang sudah lapar :D jadi saya masih nakal makan sebelum itu.
Tapi masih masuk juklak sih. Dalam makan besar ini, saya mencoba dengan sangat,
mematuhi juklak untuk memisahkan protein hewani dengan karbohidrat. I did it,
most of the time :D Saya banyakin sayuran mentahnya. Biasanya saya bawa dua
kotak makanan berisi sayuran dan satu kotak berisi kudapan; kacang atau buah.
Setelah waktu makan besar berakhir, saya hanya minum air mineral saja. Tapi
memang tidak pernah lapar ya.
Saya biasa makan
siang pukul 11:30 atau pukul 12. Lalu akan lapar pada pukul 4, bukan lapar
mungkin, tapi pingin nyemil. Biasanya saya makan keripik (BIG NO! haha) atau
kacang atau pisang yang saya bawa. Makan malam biasa dilakukan pukul 6 atau 7.
Makan saya jadi
lebih lama dari biasanya, karena saya mengusahakan untuk mengunyah hingga
makanan lunak dan bercampur dengan air liur. Berusahaaaa banget. Masih banyak
gagalnya sih :D gak sabar pingin menelan. But I try. Selalu berusaha untuk
sadar ketika makan. Mengurangi ngobrol. Tapi ada kalanya juga sih, baru kunyah
beberapa kali lalu telan, biasanya kalau makan sambil ngomong. Bah, bawel kali
saya :)))
Sampai sekarang
saya masih rajin mencari rujukan tentang FC. Yakin, masih banyak yang saya gak
tau. Jadi terrrruuuuss mencari tau.
Baru banget
kemarin saya tahu bahwa sayur sebaiknya jangan dipotong-potong dari rumah,
karena guratan pisau bisa membuatnya teroksidasi, gitu deh, saya gak berani
jelasin jauh, takut salah. Intinya, dari gesekan pisau dan udara yang bebas,
kandungan sayur dan buah yang dibiarkan lama-lama itu bisa jadi kurang baik.
Jadi sejak kemarin, saya usahakan bawa sayur masih utuh seperti tomat dan
timun, kecuali selada dan brokoli, biasanya sudah disiangi dan dipotong dari
rumah. Lalu lagi, baru tau kalau air mineral yang diberi lemon atau jeruk nipis
bisa membantu memberikan kondisi basa pada tubuh. Jadi, sudah dua hari ini saya
melakukannya.
Masih makan
kerupuk? Masih :D Tapi sudah berkurang lah. Masih makan coklat? Masih :D
menghabiskan sisa yang ada di kulkas, hohoho. Tapi saya sudah mengurangi
jajan-jajan, sih. Tidak menambah stock makanan sampah lagi. Pelan-pelan lah,
memperbaiki.
Adakah efek yang
dirasakan? Ada!
Seminggu setelah
rajin minum jeruk nipis peras di pagi hari, saya ngeh kalau saya gak gampang
sakit kaya biasanya. Udara di sini panas mentrang-mentrang, sementara saya seharian
di dalam ruangan berAC. Berangkat ke kampus pagi, sore atau malam pulang. Sebelum
minum jeruk nipis ini, akhir pekan itu biasanya udah capek luar biasa, kadang
malah di hari Rabu sudah mulai tidak enak badan. Kemarin pindahan rumah,
seminggu penuh capek luar biasa, fisik dan mental, alhamdulillah saya gak
sakit. Adalah sekali sekala bersin, tapi hanya sampai situ aja. Sebelumnya,
saya yakin kegiatan fisik yang seperti itu bakal bikin saya tumbang. Dari situ
saya yakin bahwa minum jeruk nipis peras sesaat setelah bangun tidur,
benar-benar memberi cinta kepada liver :) Jadi lebih sehat.
Sampai semalam,
saya masih baca-baca tentang bagaimana melakukan FC yang benar. Terpikir untuk
membeli blender/juicer bulan depan, semoga ada rejeki ya :D Beberapa hari
kemarin saya cheating habis-habisan; makan es krim, makan nasi lemak dan paru
untuk sarapan, makan kudapan penuh MSG, hasilnya? Diare :))) Iya, saya nakal
banget.
Udah deh, ini tulisan kayanya udah mulai jump here and there, intinya, saya berpikir bahwa memahami fungsi tubuh itu penting, bagaimana organ
bekerja, apa efeknya, bagaimana menjaga agar tetap berjalan demikian. Dengan
begitu, saya memutuskan bahwa FC ini adalah cara yang tepat untuk menjaga tubuh
agar bisa bekerja dengan baik sesuai dengan SOPnya. Gak mau bikin tubuh saya
ngambek :)
Oia, jarum timbangan sudah bergeser ke kiri sebanyak lima angka ^^
Bonus yang menggembirakan.
0 komentar