Bukan MLM
Tulisan ini ternyata ada di salah satu folder di komputer saya, entah kapan nulisnya, sudah lupa. Semoga bermanfaat ya :)
Awal tahun 2014 saya memutuskan untuk kembali tinggal di Kajang, karena
sudah 2,5 tahun disertasi saya terbengkalai *menunduk*. Kembali ke dunia
sekolah yang sebenarnya bikin saya agak tertekan *iya, biar dramatis*, saya
gampang sakit maag kalau mulai mumet mbulet mikirin disertasi, belum lagi harus
beradapasi kembali dengan budaya di Malaysia dan dengan teman-teman baru satu
rumah. Ini bukan kombinasi yang baik, setidaknya buat saya. Lama lalai
menyelesaikan tugas akademik, bikin saya agak terseok-seok untuk kembali lagi
duduk, berpikir dan menulis, ya ditambah pula saya bukan sarjana yang cerdas
ya, tapi saya menggemaskan *halah*. Nah, kondisi yang kurang kondusif, menurut
saya, itu membuat saya sering terserang penyakit. Beberapa penyakit andalan
yang kerap mampir seperti flu, maag, migraine, diare, mual-mual & pusing
*bukan hamil*, bruxisme saya memburuk, mudah letih dan susah tidur, kalaupun
tidur, kepala saya pasti mikir. Mungkin ada teman-teman yang pernah mengalami
kombo itu, *toss*. Terburuk adalah saya kena Demam Berdarah di bulan Juni 2014,
it was awful. Karena DB itu, saya
akhirnya pulang lagi ke pangkuan ibunda, minta dielus-elus, 2 bulan proses
pemulihan. Kelihatan ya, bagaimana tubuh saya jelek sekali.
Bulan Agustus ketika kembali ke Kajang, saya bertekad memperbaiki pola
hidup, saya harus sehat. Gak lucu, sekolah terseok-seok, kemudian lulus,
hadiahnya sakit. Duh, ah, amit-amit *ketok-ketok meja*. Sejak itu, saya rajin
ubek-ubek literatur tentang hidup sehat. Sampai satu saat, saya ngobrol sama
@dyahru tentang Food Combining yang
dijalaninya. Food Combining ini bukan
hal baru bagi saja, hanya saja pemahaman saya tentang pola makan ini salah.
Dulu sekitar tahun 2002, saya pernah membahas pola makan ini dengan seorang
dosen ganteng di jurusan, tapi hal yang saya pahami adalah bahwa pola ini
bertujuan untuk melangsingkan tubuh. Nay. Saya gak ngejar langsing, tapi mau
haha! Gak, lah.
Karena kondisi badan yang saya yakini semakin menurun, saya pelajari lagi Food Combining ini dengan serius. Mencari literatur online, membeli buku, ikut forum, cari jurnal, menonton video di youtube dan diskusi dengan beberapa orang. Diawali dengan memahami ritme tubuh yang disebut Sirkadian, kemudian memahami fungsi organ-organ tubuh; hati, empedu, lambung, usus, bagaimana enzim bekerja, bagaimana sistem pencernaan bekerja, dan seterusnya. Waktu mempelajari Food Combining ini, saya sedang menjalani diet Mayo yang fenomenal itu. Bukan kurus sih yang jadi tujuan saya menjalani si Mayo, tapi karena KONON diet ini bertujuan me-restart tubuh sehingga kita seolah-olah memulai hidup dari nol, kaya isi bensin “dari nol, ya”, yaitu kondisi tubuh sehat setelah menjalani diet ini. Pikir saya waktu itu adalah perlu nih tubuh saya dikembalikan ke titik nol dan merangkak menjadi sehat. Hasilnya? Nol. Iya, Nol. Saya nyerah di hari ke-6 karena saya gemeteran dan sembelit berhari-hari (yang katanya normal, blah). Setelah paham tentang Food Combining, sesuai kemampuan pemahaman saya ya, mulailah diniatkan untuk menjalankan pola makan yang benar.
Karena kondisi badan yang saya yakini semakin menurun, saya pelajari lagi Food Combining ini dengan serius. Mencari literatur online, membeli buku, ikut forum, cari jurnal, menonton video di youtube dan diskusi dengan beberapa orang. Diawali dengan memahami ritme tubuh yang disebut Sirkadian, kemudian memahami fungsi organ-organ tubuh; hati, empedu, lambung, usus, bagaimana enzim bekerja, bagaimana sistem pencernaan bekerja, dan seterusnya. Waktu mempelajari Food Combining ini, saya sedang menjalani diet Mayo yang fenomenal itu. Bukan kurus sih yang jadi tujuan saya menjalani si Mayo, tapi karena KONON diet ini bertujuan me-restart tubuh sehingga kita seolah-olah memulai hidup dari nol, kaya isi bensin “dari nol, ya”, yaitu kondisi tubuh sehat setelah menjalani diet ini. Pikir saya waktu itu adalah perlu nih tubuh saya dikembalikan ke titik nol dan merangkak menjadi sehat. Hasilnya? Nol. Iya, Nol. Saya nyerah di hari ke-6 karena saya gemeteran dan sembelit berhari-hari (yang katanya normal, blah). Setelah paham tentang Food Combining, sesuai kemampuan pemahaman saya ya, mulailah diniatkan untuk menjalankan pola makan yang benar.
Jadi, inti dari Food Combining ini
adalah mengatur pola makan; waktu makan, kombinasi makanan dan cara makan, untuk menjadikan tubuh berada pada kondisi homeostasis, yaitu dengan mengupayakan
kondisi pH tubuh cenderung menjadi basa (alkaline).
Gini, hal pertama yang saya pahami adalah mengenai pola Sirkadian, ini penting, memahami bagaimana tubuh bekerja 8 jaman yang semestinya kita pahami sehingga tubuh bisa
bekerja secara maksimal. Dalam pola Sirkadian ini ada tiga kelompok
waktu yang harus kita pahami; waktu pencernaan, waktu penyerapan dan waktu
pembuangan. Gini untuk jelasnya:
11.30 – 20.00 Adalah
waktu pencernaan, pada waktu ini kita bisa mengasup makanan sebagaimana
keperluan tubuh, TAPI dengan CARA YANG BENAR.
20.00 – 04.00 Waktu proses metabolisme tubuh, ini adalah
waktu yang tepat untuk istirahat karena tubuh memerlukan energi yang banyak untuk
proses ini. Tidur pada waktu ini akan sangat membantu kerja organ tubuh.
04.00 – 11.00 Waktu pembuangan, pada waktu ini juga
tubuh memerlukan energi yang besar untuk melakukan pembuangan melalui BAK, BAB,
keringat dan nafas. Dalam waktu bersamaan, tubuh juga perlu asupan makanan,
jadi kita sebaiknya memakan makanan yang mudah dicerna.
Setelah ngeh dengan ritme
Sirkadian ini, saya mulai mempelajari juklak Food Combining. Ada dua juklak yang perlu dipahami:
1. Makan buah dalam keadaan perut kosong. Karena sifat buah yang mudah cerna, akan
memudahkan kerja organ tubuh dalam mencernanya. Waktu yang paling baik untuk
makan buah adalah di pagi hari, pada saat perut benar-benar kosong setelah
tidur semalaman, dan pada waktu itu pula, tubuh perlu asupan makanan namun
tidak bisa mencerna makanan yang kompleks karena butuh energi ekstra untuk
proses pembuangan.
Buah apa yang baik? Semua buah. Kan asem? Coba
dulu deh, makan buah ketika perut kosong, saya tidak pernah bermasalah dengan
itu, padahal maag saya tingkat dewa :D Sebaiknya cari buah yang lokalan, jadi mengikuti waktu musim. Cari juga buah yang memang sudah matang sempurna. Jangan juga terlalu matang.
Gimana cara makannya? Bisa dipotong, kunyah hingga lembut baru telan, atau buat jus dengan diminum perlahan, disimpan sebentar di dalam mulut hingga bercampur dengan air liur, kemudian telan. Tapi kan cepat lapar, gimana dong? Ya, makan lagi :D Makan sampai kenyang, kalau lapar, ya makan lagi :) Catat, kenyang dan kekenyangan adalah dua hal yang berbeda ya :)
Gimana cara makannya? Bisa dipotong, kunyah hingga lembut baru telan, atau buat jus dengan diminum perlahan, disimpan sebentar di dalam mulut hingga bercampur dengan air liur, kemudian telan. Tapi kan cepat lapar, gimana dong? Ya, makan lagi :D Makan sampai kenyang, kalau lapar, ya makan lagi :) Catat, kenyang dan kekenyangan adalah dua hal yang berbeda ya :)
2. Tidak mempertemukan Protein Hewani dan
Karbohidrat/Pati. Enzim
yang dibutuhkan untuk mengolah protein hewani dan pati adalah berbeda, jika
kedua jenis makanan ini masuk bersamaan ke dalam tubuh, bisa membuat kacau
sistem pencernaan kita. Ujung-ujungnya makanan gak diproses sempurna, numpuk
jadi sampah, gak terserap cepat. Lagi pula, protein hewani ini dicernanya lama
lho, kebayang aja ayam penyet nongkrong di dalam tubuh kita berhari-hari nunggu
dicerna *tutup muka*. Lalu, makan apa dong? Ya, kalau mau makan protein
hewani, makanlah dengan sayuran seabreg-abreg sebagai temannya. Sayuran,
apalagi yang masih mentahan, memiliki enzim sendiri yang sangat membantu organ
pencernaan meringankan kerjanya. Jadi organ pencernaan kita bekerja lebih
ringan. Tapi kan gak enak makan iga bakar, pakai sambal
tapi gak ada nasinya. Mindset-nya diubah, aja, bukan enak di lidah aja yang
dicari, tapi enak di tubuh *halah. Ikan boleh dong dengan nasi? Nay! Ikan termasuk
protein hewani, lho. Si udang yang enak, atau kepiting itu, dan sebaskom kerang
rebus, itu protein hewani. Makan aja dengan lalaban, enak kok :) Protein yang baik apa dong, kalau bukan hewani?
Kita punya tempe, tahu dan bahkan sayuran seperti Brokoli, Asparagus, Kembang
Kol atau Kubis pun mengandung protein yang gak kalah ciamik tuh.
“Kamu ribet! Nyiksa diri banget, gak makan enak.” Udah biasa dikomentari
gitu. Tapi saya juga bingung njelasin bahwa saya makan enak terus :)) Saya
makan steak dengan setumpuk sayuran, saya makan lele goreng yang kriuk dengan
tahu, tempe dan sayuran mentahan, saya makan sate dengan sebatang timun jumbo dan dua
tomat segar. Belum lagi kalau menunya nasi panas, sambal terasi, lalaban dan kerupuk, beuuuh! Gak enaknya di sebelah mana? :D
Kemana-mana saya suka bawa wadah makanan berisi sayuran segar. Kemudian pertanyaan "Ribet
dong?” sering muncul :)) Jawabannya, tidak. Walaupun pernah ada yang protes karena saya makan di warung
makan dan tetep bawa lalaban sendiri sehingga terkesan ribet :)) Gini deh, kamu yang suka dandan, ribet
gak bebawaan sisir, lipstick, dan polesan lainnya di dalam tas? Nggak? Ya gitu
deh tentang buah dan sayuran yang selalu ada di tas, gak ribet. Tapi untuk
kosmetik, bebawaan ke mana-mana itu ribet karena saya merasa gak butuh, jadi
jangan tanya sisir, hand lotion atau maskara ke saya kalau lagi di luar rumah,
gak akan ada di dalam tas :D
“Terus, makan begitu apa efeknya?” Setidaknya hampir 5 bulan ini (pada saat tulisan diposting, sudah 6 bulan saya menjalani FC) saya belum
pernah flu, batuk, maag, migraine dan jerawatan. Eh, kemarin sempat flu dan
batuk plus jerawat deng. "Tuh kan!" Eh, tunggu dulu. Kombo itu muncul karena
kemarin 8 hari saya sempat makan ngasal, ngaco, seenaknya. Cukup waktu 8 hari aja kok untuk bikin badan sakit karena pola makan yang salah. Setelah itu saya koreksi pola makan. Flu batuk parah itu biasanya
bikin saya lemes selama 1 – 2 minggu, kemarin itu saya masih bisa nyupir keluar
kota, keliling kota, dari pagi hingga malam. Aman. Sembuhnya pun gak sampai
satu minggu. Jerawat yang nongol cepet kering, begitu makanan dikoreksi. Tanpa obat sama sekali. See? Tas kuning berisi obat-obatan saya sudah lama sekali berdebu, tidak tersentuh :)
Gitu deh...
Saya sebetulnya sudah jarang banget berbagi tentang Food
Combining secara langsung, face to face kalau bahasa kerennya, seperti menawarkan MLM. Waktu awal-awal menjalaninya, saya sangat
kagum bagaimana pola makan yang dikoreksi bisa bikin saya lebih sehat. Jadi saya
sering “jualan” lah ke temen-temen, apalagi mereka yang hobi sakit. Sederhana sih, pingin orang-orang di sekitar saya sehat, itu saja. Yang ada dicibir, dibilang ribet, dibilang
repot, dibilang aneh, dibilang nyiksa diri bla bla bla. Belum lagi saya ini tidak ada latar pendidikan kedokteran, MLM lah semacam jadinya :D Kemudian saya berhenti
bercerita. Kalau pun ada yang tanya tentang Food
Combining, saya lebih memilih memberikan sumber bacaan aja. Jika
setelah membaca mereka mau diskusi, hayuk. Tapi saya tetap posting menu makanan saya di Instagram atau sedikit berbagi di Twitter. Ada yang lihat dan baca ya syukur, kalau pun tidak ya sudahlah. Kalau tidak berkenan ya tidak usah dijalankan, gampang kan? Tidak perlu rese. Sehat hak masing-masing, yang mengusahakan juga masing-masing. Tidak ada yang dirugikan.
Tapi kalau ada yang tanya Food
Combining dengan alasan pingin kurus, saya males bahas :D Karena tujuannya
sudah beda. Kalau mbahas pingin kurus nih, kemudian jalanin Food Combining, kemudian kurus, kemudian
stop? Apalagi kalau ternyata gak jadi kurus, terus Food Combining disalahkan :)) Lha, ini bukan program penurunan berat badan, Kak. Ya, ini termasuk diet*, tapi bukan diet seperti yang dipahami sebagai melangsingkan badan. Jika kita melakukan
pola Food Combining dengan baik dan
benar, maka tubuh akan lebih sehat, insyaAllah. Tubuh yang sehat, akan mencari sendiri
berat idealnya. Kenapa begitu? Tubuh kita yang paling tahu beban yang
ditopangnya, sehingga dengan menjaga homeostasis
tubuh, maka kita membantu tubuh menentukan yang terbaiknya untuknya. Apakah
berat badan saya turun? Ya. Pun lebih bugar :)
Semoga bermanfaat ya.
*)
diet1
ˈdʌɪət/
noun
- 2.a special course of food to which a person restricts themselves, either to lose weight or for medical reasons."I'm going on a diet"
synonyms: dietary regime, dietary regimen, dietary programme, restricted diet,crash diet;
0 komentar